January 03, 2013

Pintu Langit - Prolog


 
...
Orion menyeringai. Dialah Sang Pemburu Besar dan tak ada satupun yang dapat menandinginya termasuk Artemis dan Leto. Arogannya membawa petaka. Scorpio dengan mudah mengakhiri hidupnya. Sang Pemburu meregang nyawa.
Zeus teramat menyesal, itulah sebabnya dia memutuskan untuk mengangkat Orion ke langit bersama Scorpio.
Orion berdiam di langit utara bersama dua anjing setianya, Canis Major dan Canis Minor. Sedang Scorpio akan menjelma di horizon saat Orion meredup.
*
Ada jutaan kerlip bintang di langit yang pekat.
Di sana langit selalu terlihat lebih luas. Selalu ada hal yang menyenangkan untuk dilakukan agar langit terasa lebih dekat: menyelami langit pagi yang ungu menyala, menyaksikan pelangi membusur di cakrawala, menelaah potret senja yang memesona, atau menerjemahkan tiap pendar bintang di angkasa.
Mereka selalu datang berdua, berjalan bersama menuju atas bukit seperti biasanya. Di atas sana Alnitak, Alnilam, dan Mintaka berdiam dan berkedip genit, merayu-rayu. Bintang-bintang itu terbingkai Betelgeuse, Bellatrix, Saiph, dan Rigel. Sementara Meissa timbul malu-malu di atasnya.
Dua pasang mata bersinar, menatap Orion yang menjelma di sepanjang horizon.
Kawanan bintang berarak, meniti langit sebab bumi terus bergerak. Gadis itu selalu tertidur pulas setelah pemuda itu mengisahkan sebuah dongeng tentang langit. Sedang pemuda itu selalu diam menatap gadisnya yang telah tertidur, bersandar di bahunya. Dalam hening malam dia menekuni setiap lekuk wajah nan elok di depan matanya, yang selalu bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat saat menatapnya.
Setelah malam kian larut, pemuda itu menggendong gadisnya menuju mobil. Dia membawa gadis itu pulang. Dia pergi dengan meninggalkan sepotong janji untuk kembali lagi. Akhirnya mobil itu begerak perlahan bersama angin malam yang entah mengapa kian menghangat.
Pintu langit menjadi saksi sebuah kisah sederhana tentang sepasang manusia yang sejak lama memendam cinta, namun keduanya enggan memulai untuk mengungkapkannya. Pintu langit membingkai kisah penantian mereka dalam bisu, hingga waktu kian memudar dan lelah menunggu. Tak ada yang menyangka kata hati memaksa keduanya kehilangan kesempatan untuk bicara.
Angin sejuk berhembus perlahan, sepasang bintang menari-nari di kejauhan.


(bersambung)