February 12, 2014

Hujan Lagi


Hujan datang dan pergi lagi, aroma basah itu menguap lagi. Jalanan kering kembali berkilauan, udara basah, langit basah, Yogyakarta masih bahagia berbasah-basah. Hujan belum sempat mengucapkan selamat datang padaku saat tiba Minggu malam kemarin. Tahu-tahu dia jatuh, tahu-tahu dia datang. Siapa yang akan mengira, musim ini tak menentu, seperti hati yang bergemuruh tak menentu. Masih lekat dalam ingatan obrolan tak penting kami via pesan singkat. Obrolan basa-basi yang sangat singkat, sesingkat hujan terakhir sore ini. Sejak terakhir kali mata kami saling menatap sebentar tanpa mengucapkan perpisahan petang itu, dalam dingin itu, dalam lelah itu, menuju arah yang berlawanan, sejak ia mengucapkan hati-hati dengan samar namun aku sempat mendengar, aku belum melihatnya lagi.

Bukan salah siapa-siapa jika aku selalu ingin tertawa mengingat setiap detil pertemuan kami. Bukan salah siapa-siapa jika aku hanya ingin tertawa, terus berusaha menahan untuk tidak membuatnya menjadi candu, untuk tidak menjadikan dia sebagai pengantar senyum sebelum tidur, untuk tidak menjadikannya istimewa, untuk tidak menjadikannya pengisi ruang-duang kosong dalam pikiran. Bukan salah siapa-siapa, salahkan aku saja yang selalu membuat segalanya rumit. Salahkan aku saja.