February 03, 2014

#3 Sepasang Mata


Surat ketiga.

Pukul sembilan malam. Di luar gelap, sangat sunyi, seperti Jogja tengah malam. Hari ini aku mulai merindukan kota itu dan rupa sudut-sudut jalan yang telah ratusan kali aku lewati, ramah, tidak pernah terasa asing. Hari ini aku mulai merindukan orang-orang di kota itu, termasuk keberadaan kamu di kota itu, yang di pertemuan terakhir kita hanya saling melaju berlawanan arah, bahkan kita berdua lupa untuk saling mengucapkan selamat jalan.

Malam ini aku bercermin. Bercermin sendirian, untuk pertama kalinya lebih dari dua menit, untuk pertama kalinya begitu lekat memandangi makhluk di seberang sana, untuk pertama kalinya menatap benar-benar sepasang mata milik sendiri. Bicara mengenai mata, aku lantas mengingat kamu, pemilik sepasang mata yang aku suka sebab serupa dengan milikku. Melihat matamu seperti melihat cermin, keduanya bercahaya saat beradu, seperti menemukan pasangannya. Saat kita bertemu pertama kali, siapa sangka matamu menjadi candu di kemudian hari.

Aku suka menatapnya secara sembunyi-sembunyi, meski pada akhirnya kamu mengedarkan pandangan sehingga mata kita beradu. Atau bahkan sesekali aku sengaja menatapnya begitu lekat, mencoba memanggil keduanya untuk berpaling ke arahku. Kemudian aku akan tertangkap basah, tetapi matamu sama sekali tak pernah menghakimi, keduanya tetap ramah, tetap membuatku ingin menatapnya lagi, tak ingin berhenti.

Surat ini tentu bukan untuk kamu, hanya untuk sepasang matamu, yang selalu membalas selamat pagiku dengan sangat baik, tidak seperti kamu, sama sekali tidak. Surat ini tentu bukan mengenai kamu, hanya sepasang mata milikmu. Surat untukmu akan kutulis di kemudian hari, ketika aku mulai tidak tersenyum lagi saat kamu mendekat, memanggilku seenakmu sembari memukul lenganku dengan sangat keras tanpa alasan, atau ketika aku tidak peduli lagi kamu akan muncul atau tidak,  ketika aku menyerah dan melupakan, saat akan kutulis surat hanya untukmu, beserta sepasang matamu. Setidaknya untuk mengucapkan perpisahan.

Entahlah, tentang bagaimana dan mengapa kita dipertemukan aku tidak peduli, aku hanya bersyukur hal itu pernah terjadi. Suatu hari akan kutemukan alasan mengapa mata kita serupa, semoga saja mereka sengaja diciptakan untuk saling menemukan.




 

... dari depan cermin
30 Hari Menulis Surat Cinta