February 02, 2014
#2 Anak Pertama
Surat cinta kedua.
Untuk anak pertama, Keencur, yang mulai menjejakkan kakinya di usia delapan belas tepat kemarin.
Masih ingat pertemuan pertama kita setelah sekian lama tidak saling menyapa selepas SMP? Kamu satu tahun di bawahku, mengkerut malu-malu pada awalnya, lalu kembali akrab saat saling mengetahui klub bola favorit kita sama. Kamu orang aneh, tercetus entah dari mana pada akhirnya kamu panggil aku "mbadek", sebuah kata milikmu sendiri, gabungan antara "mbak" dan "dek", mewakili penghormatan atas lebih seniornya aku, tetapi juga mewakili kenyataan bahwa usiamu sendiri dua bulan lebih tua daripada aku. Keakraban yang tidak biasa, yang lama kelamaan membuatmu memanggilku "iyung" sebutan super manis untuk seorang Ibu, katanya. Kita berbagi kisah tentang cinta masing-masing, bukan? Bagaimana kita sama-sama berjuang mempertahankan walaupun pada akhirnya akan sama-sama melepas. Kita saling belajar dari diri masing-masing, dari kisah masing-masing, menertawakan kesedihan, lalu melupakan luka dengan tertawa sampai lelah, bercerita hal-hal bodoh hingga bosan dan mengantuk.
Terima kasih telah menganggapku ibu, meski dengan ayah yang entah siapa, entah di mana, setidaknya aku bisa merasakan betapa bahagianya memiliki seseorang yang memanggilku demikian istimewa. Semoga kita bertemu di kampusku saat ini, kampus kita suatu hari nanti.
Cepat besar, cepat bersinar, besok kita masih harus menjajah Bali bertiga Meta.
... dari kolong tempat tidur
30 Hari Menulis Surat Cinta.