March 15, 2012
Sirius
Satu bintang yang pertama kali kukenalkan padamu berwarna biru, namanya Sirius.
Pada suatu malam yang dingin di akhir Februari lalu, kau telah mengucapkan selamat malam sebelum aku beranjak tidur. Namun tiba-tiba aku teringat akan satu hal. Buru-buru aku bertanya padamu tentang keadaan langit yang menaungimu. Sayang sekali, saat itu kau mengatakan bahwa tak ada satupun bintang di langit.
Saat tiba-tiba kau tanya mengapa, aku menjawabnya cepat. Kukatakan bahwa seharusnya, jika langit tak sekeruh malam itu, akan kutunjukkan padamu satu bintang yang memiliki nama Sirius.
Saat kau bertanya apa itu Sirius, kukatakan lagi padamu, bahwa Sirius adalah bintang yang sangat terang dan dapat kau lihat dengan mata telanjang sepanjang tahun, tak pernah redup. Entah kau percaya atau tidak, aku tak tahu.
Dan akhirnya sebelum kau berkata apapun, kukatakan padamu bahwa kau adalah Sirius bagiku, dan aku berterima kasih atas cahaya yang kau pancarkan padaku setidaknya sampai malam itu.
Mulai malam itu kau menyukai Sirius.
*
Ingatlah, Pangeran…
Satu bintang yang pertama kali kukenalkan padamu berwarna biru, namanya Sirius.
Di malam yang lain, kita terlibat sebuah perbincangan yang sangat panjang hingga larut malam. Saat aku memutuskan untuk pergi tidur, kau mengatakan padaku bahwa langit malam itu sangat cerah dan bintang berpendar-pendar manis.
Kau tiba-tiba bertanya, “Yang mana?”
Aku paham. Kau menanyakan letak Sirius itu, bukan?
Kulirik jam digital di ponselku dan mendapati waktu telah menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Dimana Sirius?
Aku memeriksa lengkung langit sebelah barat dan mendapati dua bintang bersinar terang. Saat aku bertanya berapa bintang yang kau lihat, dan kau menjawab dua buah bintang di langit sebelah barat, maka kupastikan Sirius ada di sana.
“Sebelah kiri.”
“Yang agak kebawah?”
“Iya...”
Tiba-tiba kau mengucapkan terima kasih. Saat aku bertanya untuk apa kau hanya berucap, “Semuanya,” sebelum akhirnya aku berpamitan untuk tidur dan kau menimpali dengan ucapan selamat malam.
Pangeran, kau memang selalu bisa membuatku tersenyum tiba-tiba.
*
Aku ingin kau selalu mengingatnya…
Satu bintang yang pertama kali kukenalkan padamu berwarna biru, namanya Sirius.
Sebuah bintang berwarna biru milikku kini telah berada di tanganmu. Itu Sirius. Anggaplah bintang itu wujud kepercayaanku. Saat kau mengembalikannya beberapa hari lalu, aku menolaknya, sebab aku telah mempercayakannya padamu. Kaulah yang kupercaya menjaga bintang biru itu.
Jadi kaulah yang akan menyimpannya sampai nanti, entah kapan.
*
Sampai detik ini, kau masih mengingatnya, dan menyukainya…
Satu bintang yang pertama kali kukenalkan padamu berwarna biru, namanya Sirius.
Setiap malam, aku selalu berharap langit cerah sehingga bintang-bintang menampakkan diri. Aku selalu merasa kosong jika tiba-tiba saja kau menanyakan letak Sirius saat langit di atasku begitu keruh.
Saat itu aku menyadari bahwa jarak kita begitu jauh.
Kau sempat mengatakan langit di atasmu sangat cerah dan berbintang. Ini bulan Maret, dan ingin kukatakan bahwa Sirius ada di atas kepalamu dan akan bergerak ke arah barat saat mendekati tengah malam. Aku ingin langitku secerah langitmu agar kita bisa melihat bintang biru itu bersama-sama.
Benarkah kau melihat bintang?
Kau tiba-tiba bicara, “Iya, tapi jadi nggak seru lagi.”
Aku tertegun. “Kenapa?”
“Karena kamu nggak bisa liat.”
Entah mengapa secara tiba-tiba aku merindukan Sirius, dan juga kau.
*
Untuk tukang parkir paling tampan sedunia.
Jika nanti kita dapat melihat satu bintang yang sama, mungkin kita akan terasa begitu dekat. Sampai jumpa ya :)