January 24, 2012
Sebuah Perahu Kertas
Untuk Blog Contest Mizan.com
Hai, namaku Tia. Maafkan aku, Dee. Aku ini agen non-aquarius yang tak bisa menahan diri untuk menulis surat ini. Nantinya kukirim pada Neptunus, dan kuharap dia akan menyampaikannya padamu. Aku harap dia sedang bersamamu.
Dee, apakah kau itu seorang penyihir? Bukan apa-apa, aku hanya ingin bertanya karena akhir-akhir ini aku seperti ‘tersihir’. Aku sendiri tak mengerti mengapa aku percaya pada Neptunus dan mulai mengirimkan surat-surat kecil berbentuk perahu setiap aku merasa sendu.
Astaga, Dee, kau memang penyihir!
Aku menemukan “Perahu Kertas” milikmu secara tidak sengaja. Pada awalnya aku memang sama sekali tidak tertarik, sebelum akhirnya pandanganku tersaruk pada tiga huruf yang menyusun sebuah nama di sampul novel itu. Dee. You’re a wordwitch! Mantera apa yang kau rapalkan? Membaca tiga huruf namamu membuatku tersihir. Aku tergerak untuk memiliki “Perahu Kertas” itu dan membaca lembarannya sampai habis. Aku benar-benar kecanduan, tidak bisa berhenti sebelum sampai di halaman terakhir, tidak bisa berhenti sebelum mengetahui akhir kisah cinta Kugy dan Keenan. Dee, you’re such a brilliant witch!
Semangat Kugy Alisa Nugroho benar-benar sampai. Aku tidak tahu pasti bagaimana ini terjadi, namun lagi-lagi, secara magis kau mengajari aku tentang kegigihan meraih cita-cita melalui sosok unik dan ajaib Kugy. Lewat dia aku juga belajar tentang cinta. Ah, bukan. Lebih tepatnya, aku belajar mencintai diam-diam tanpa harus memiliki serta bertahan atas cinta itu selama mungkin. Kugy benar-benar beton, dan aku ingin menjadi seperti Kugy yang kau ceritakan, Dee. Aku ingin menjadi sekokoh gadis itu.
Lalu Keenan. Dalam dirinya aku memahami suatu hal yakni sebuah keyakinan. Dia begitu percaya bahwa dia memang bisa hidup dengan melukis, dengan jalannya. Meski terseok, pada akhirnya Keenan memang berhasil. Selain kerja keras dan keyakinannya, ada satu hal yang mendorongnya terus-menerus dari belakang, yaitu cinta. Dengan cinta yang dimiliki, segalanya akan terasa mudah untuk dijalani. Keenan yang mengajarkanku.
Sedang Luhde berhasil menunjukkan padaku segala hal tentang hati. Luhde mengatakan padaku bahwa hati tidak pernah memilih. Hati dipilih, tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh. Hati selalu dipilih cinta, dan berserah pada aliran yang membawanya. Ke mana pun itu, hati selalu tahu. Betapa aku ingin memahami kata ikhlas sesungguhnya seperti dia, Dee.
Selain mereka bertiga, aku juga banyak belajar dari Remi. Laki-laki itu memang luar biasa. Meski terlalu pahit untuk ditelan, kejujuran akan selalu lebih indah daripada kebohongan.
Lembar demi lembar yang aku baca selalu memiliki makna. Aku tidak ingat pada halaman berapa aku tertawa sampai terguling-guling. Aku juga tak ingat pada halaman berapa air mataku mulai menetes. Aku bahkan tak ingat mengapa tiba-tiba aku ingin menjadi Kugy Alisa Nugroho alias Kugy Karmachameleon.
Baiklah, Dee, kusimpulkan ternyata kau memang penyihir. Tenang saja, aku menyukaimu karena kau penyihir. Karya-karyamu selalu istimewa, selalu menorah bekas setelah dibaca.
And…Mungkin inilah ujung tarian jari-jariku dalam surat ini, Dee. Kali ini aku akan melipat kertas suratku menjadi sebuah perahu. Lalu akan kulepaskan pada arus sungai agar nanti kau dapat membacanya. Ya, semoga kau sedang bersama Neptunus sekarang.
Tunggu sampai perahuku datang, ya…
dari Puji Setianingsih
untuk Mizan.com